10 Juni 2008

Kerispatih : Ingin Jadi Band yang Dikenang

Menjadi musisi yang mengusung genre pop mainstream di Indonesia memang harus kreatif. Banyaknya band yang mengusung genre serupa membuat mereka harus bisa menarik perhatian. Hal itu disadari salah satu band lokal yang namanya kerap terdengar, Kerispatih.
Namun, band yang dimotori Sammy (vokal), Badai (piano, synthetizer), Andika (bas), Arief (gitar), dan Anton (drum) itu memilih melakukan cara berbeda untuk bisa bertahan di tengah persaingan.

Rilisan album ketiga mereka, Tak Lekang oleh Waktu, pada 31 Mei jauh dari kesan



heboh. Mereka tidak mengadakan promosi besar-besaran seperti band lain. Kerispatih pilih menarik penggemar dengan menyuguhkan karakter yang lebih kuat dalam musik.
Karakter yang dimaksud mengupas tentang cinta. Mereka menyuguhkan lagu-lagu yang secara emosional, liriknya lebih mengena. “Mungkin, orang dengar album Kerispatih yang pertama dan kedua cuma ngerasa sedih. Yang ketiga ini, orang bisa nangis-nangis begitu baca liriknya,” ujar Badai, sang penulis lirik, ketika diwawancarai.
Secara musikal, Kerispatih tidak banyak melakukan perubahan. Mereka tetap berpijak pada pop melankolis. Itu jadi ciri khas band tersebut sejak album pertama. Badai dkk tidak mencoba bereksperimen dengan aransemen berbeda.

Mengapa? “Telinga orang Indonesia sekarang belum bisa diajak mendengarkan musik yang rumit. Mending bikin yang simpel, tapi bisa dinikmati semua kalangan,” tutur Badai.
Sejak album pertama hingga ketiga, Kerispatih menyuguhkan karakter album yang terkesan begitu-begitu saja. Namun, Badai menampik bahwa itu dilakukan karena Kerispatih ogah berkembang. Justru mereka menganggapnya sebagai proses untuk mencapai posisi yang aman di kancah musik lokal.

“Segala hal ada step-nya. Kerispatih memang nggak mau terlalu cepat dewasa. Percuma cepat-cepat jadi superstar, kalau akhirnya cepat jatuh juga,” ujar pianis yang juga mastermind Kerispatih. (hbk/berbagai sumber)

Banyak Dibaca